TUGAS BISNIS KEHUTANAN


Tugas Bisnis Hutan                                                                                Medan,  April 2108
TUGAS BISNIS HUTAN
Dosen Penanggung Jawab :
Dr.Agus Purwoko,S.Hut,.M.Si
Oleh :
Reza Fahlepi Siregar                       141201150










 






program studi KEHUTANAN
fakultas KEHUTANAN
universitas sumatera utar
2018
Sejarah PG.Madu Kismo

Pabrik Gula PT. Madukismo Wisata Edukasi Agroindustri. Pabrik Gula Madukismo didirikan tahun 1955.Pabrik Gula Madukismo masih produktif memproduksi Gula hingga saat ini dengan kondisi pabrik yang masih terawat walaupun didirikan pada jaman setelah kemerdekaan.Saat ini Pabrik Gula Madukismo melayani pasokan gula untuk wilayah DIY dan Nasional.

Sejarah Singkat Pabrik Gula Madukismo.

          Dahulu pabrik ini bernama PG Padokan dengan luasan yang sangat kecil, pada masa Belanda PG Padokan hancur lebur, atas jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian didirikan kembali Pabrik Gula Padokan dengan nama Madukismo. Gagasan pendirian Pabrik Gula Madukismo tujuannya adalah untuk menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan karena dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula  waktu itu. Pendirian pabrik gula diyakini mampu menampung banyak orang untuk bekerja. Banyak petani akan terlibat dalam proses penanaman, pemeliharaan tanaman, panen serta di pabrik akan menyerap banyak  tenaga kerja teristimewa pada waktu masa giling.
          Disamping sebagai Pabrik Gula yang menyediakan kebutuhan gula nasional, Pabrik Gula Madukismo saat ini juga menawarkan paket wisata edukasi agroindustri. Perjalanan Wisata Agro Industri ini adalah wisata untuk melihat proses produksi yang dilaksanakan. Kita akan di antar menggunakan gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua. Biasanya wisata ini dilaksanakan pada masa giling yakni bulan Mei – September.
          Saat wisata ini, kita bisa menyaksikan proses produksi gula secara langsung. Produksi gula melewati tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan. Sambil mencermati proses produksinya, anda juga bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
          PG-PS Madukismo adalah satu – satunya pabrik gula dan pabrik alkohol/spirtus di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program pengadaan pangan Nasional, khususnya Gula Pasir. Sebagai Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
          Perusahaan ini dibangun tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang diresmikan oleh presiden RI Pertama Ir. Soekarno. Pabrik Gula mulai memproduksi tahun 1958 dan Pabrik Spritus mulai memproduksi tahun 1959.
            PT Madu Baru dibangun di atas lokasi Bangunan Pabrik Gila Padokan ( satu diantara dari 17 Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibangun Pemerintah belanda, tetapi di bumi hanguskan pada masa Pemerintah Jepang ), yang terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.
          Status dari perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas, didirikan tanggal 14 Juni 1955 diberi nama: “Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT”( P2G Madu Baru PT ), memiliki dua pabrik :
·      Pabrik Gula ( PG ) Madukismo
·      Pabrik Alkohol/Spirtus ( PS ) Madukismo

Pada awal berdiri perusahaan ini pemilik saham 75% adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedangkan 25%nya adalah milik pemerintah RI ( Departemen Pertanian RI ). Saat ini telah dirubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan 35% milik Pemerintah ( dikuasai kepada PT. Rajawali Nusantara Indonesia, sebuah BUMN ).

Perkembangan Perusahaan :
·        Tahun 1955 – 1962        : Perusahaan Swasta ( PT )
·        Tahun 1962 – 1966        : Bergabung dengan Perusahaan Negara dibawah  BPU-PPN( Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara ), karena adanya policy Pemerintah RI yang mengmbil alih semua Perusahaan di Indonesia.
·        Tahun 1966                    : BPU – PPN Bubar. PG-PG di Indonesia boleh memilih tetap sebagai Perusahaan Negara atau keluar menjadi perusahaan swasta PT. MADU BARU memilih Perusahaan Swasta.
·        Tahun 1966-1984           : PT MADU BARU kembali menjadi Perusahaan Swasta dengan susunan Direksi yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Presiden Direktur.
·        Tanggal 4 Maret 1984 - 24 Februari 2004 diadakan kontrak manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia ( RNI ) yaitu salah satu BUMN milik Departemen Keuangan RI.
·        Tanggal 24 Februari 2004 - sekarang PT MADU BARU menjadi perusahaan mandiri yang dikelola secara professional dan independent.

2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
PT Madu Baru menjadi perusahaan agro industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.
Misi :
·      Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat         dan industri di Indonesia
·      Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan,             dikelola secara profesional dan inovatif memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
·      Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti
·      Menempatkan karyawan dan stackholder lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan produksi dan pencapaian shareholder value

3. Bidang Usaha
Perusahaan ini memiliki usaha di bidang produksi utama dan sampingan. Produksi utamanya berupa gula pasir dengan kualitas SHS IA ( Superior Head Sugar ) atau GKP ( Gula Kristal Putih ). Mutu produksi dipantau oleh P3GI Pasuruan ( Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia ). Sedangkan produk sampingannya berupa:
·      Alcohol murni (kadar 95%)
·      Spiritus bakar (kadar 94%)
Mutu dipantau oleh Balai Penelitian kimia Departemen Perindustrian dan PT Sucofindo Indonesia.

4. Kemajuan-Kemajuan Yang Dicapai
PG MADU KISMO
-          Desain awal 1.500 ton tebu perhari (tt)
-          Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi 2500 tth
-          Tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi 3000 tth
-          Tahun 2000 – sekarang berhasil mencapai hingga 3500 tth
PS MADU KISMO
-          Tahun 1976 awal 15.000 liter alcohol per hari
-          Tahun 2002 ditingkatkan menjadi 25000 liter per hari


Golongan Karyawan
Jumlah Karyawan (orang)
Karyawan Pimpinan
60
Karyawan Pelaksana
432
Karyawan Musiman
844
Karyawan Borongan
3000









A. PEMBUATAN GULA PASIR
1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
                 Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan berupa suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu.  Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, Pertama – tama tebu masuk ke meja tebu untuk dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke unigrator untuk dihancurkan dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur kemudian masuk ke Gilingan I. Pada Gilingan I dihasilkan Nira Perahan Pertama dan sebagian hasil nira Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga terakhir pada Gilingan V. Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan penambahan air imbibisi dengan suhu 70oC. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan adalah nira mentah dan ampas. masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.Ampas pemerahan tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, dan bahan bakar di PT. MADUBARU, ampas ini digunakan sebagai bahan bakar di Stasiun Ketel (pusat tenaga)

 2.    Pemurnian Nira
          Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya  produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).
          Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
          Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi,  dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan  Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan.

                            
Gambar.2.Proses Pemurnian                     
3.    Penguapan Nira (Evaporasi)
            Proses pemasakan pada Stasiun Penguapan ini adalah proses lanjutan setelah dilakukannya proses pemurnian nira pada Stasiun Pemurnian. Proses penguapan memiliki prinsip yaitu menguapkan air sehingga kadar air turun dan gula yang hilang menjadi sedikit dengan biaya seminimal mungkin. Hasil akhir dari proses penguapan adalah nira kental.
            Nira encer dari Stasiun Pemurnian masuk ke pemanas III hingga suhu nira mencapai 100 – 105oC.Selanjutnya nira masuk ke evaporator I dengan tekanan sebesar 136 cmHg, dan tekanan hampa/vakum sebesar 0,34 cmHg. Evaporator I akan menghasilkan nira kental I dan uap I. Selanjutnya nira kental I masuk kembali ke dalam evaporator II dengan tekanan 102 cmHg dan tekanan vakum 10,4 cmHg, menggunakan uap I untuk proses pemanasannya, dan menghasilkan nira kental II dan uap II. Kemudian masuk ke evaporator III dengan kondisi tekanan 70 cmHg dan tekanan vakum 37 cmHg, menggunakan uap II untuk proses pemanasannya, menghasilkan uap III dan nira kental III. Pada evaporator IV digunakan tekanan 40 cmHg dan tekanan vakum sebesar 65 cmHg dengan titik didihnya sebesar 50oC-55oC.
4.  Kristalisasi
          Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
          Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran Kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).

5.   Pemisahan Kristal Gula
          Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
1.        3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.
2.      4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.
3.      2 buah western stated CCS untuk D awal.
4.      6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
5.      3 buah BNA 850 K untuk gula D.
            Pada Stasiun ini dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk memisahkan kristal gula yang terbentuk dengan larutannya (stroop, klare, dan tetes). PG. Madukismo memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran Low Grade Centrifuge Separator dan High Grade Centrifuge Separator.Low Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
            Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).
6.   Pengeringan  Kristal Gula
           Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira 800c.
            Pengeringan gula secara alami  dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu,digunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.



Tabel 2. Komposisi Tebu 8
Bahan
Komposisi


    Sukrosa
7-13
    Gula Reduksi
0,2-0,5
     Air
69-75
     Abu
0,3-1,8
     Serat
10-16
     Kandungan nitrogen
0,5-1
B   Bahan Organik   Selain Gula
0,5-1
Sumber : PG Madukismo (2004)
7. Pengemasan
            Pada Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan, hasil akhir dari Stasiun Puteran diturunkan menuju gudang untuk dikemas melalui talang getar. Pada tahap ini terjadi proses pengeringan gula. Talang getar dilengkapi dengan pipa udara dingin, pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan dengan induced fan. setelah itu Gula normal dan halus dikirim ke Gudang Gula dan dikemas dalam karung plastik yang ½ kuintal.sedang gula kasar akan kembali ke proses kristalisasi. Dan kini ada gula yang dikemas lebih kecil lagi, yaitu dengan bobot 1 kg..Plastik yang digunakan adalah plastik OPP. Plastik OPP mudah untuk diseal dengan menggunakan panas, tahan terhadap air dan kelembaban (Coles et al., 2003) sehingga sesuai bila digunakan sebagai bahan pengemas gula.






Tabel 3.Perbandingan Standar Kualitas Gula Pasir SHS PG. Madukismo dengan P3GI
Parameter
Satuan
PG Madukismo
Standar dari P3GI
Diameter butiran
Kadar air
Polarisasi
mm
%
%
0,95-1,02
0,05-0,07
99,77
0,9 – 1,10
0,10
99,80
sumber : PG. Madukismo

Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain adalah :
1.    Mesin elektrolisa yang terdiri dari
a.    Mesin pengerja pendahulu (Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife.
b.    Alat gilingan terdiri dari 5 buah gilingan dan 3 rol penggiling.
2.   Mesin pemurnian nira yang terdiri dari :
a.   Tabung Defekator
b.   Alat Pengendap
c.    Rotary Vacuum Filter
3.   Mesin penguap yang terdiri dari :
a.    Beberapa evaporator
b.    Kondespot
c.     Michaelispot
d.    Pompa vakum
4.  Mesin kristalisasi terdiri dari :
a.    Pan vakum
b.    Palung pendingin (kultrog)
5.   Mesin putaran gula (centrifugal)
a.    Broadbent
b.    Batch Sangerhausen
c.     Wester Stated CCS
d.    BMA 850 K
6.  Mesin pengering
7.   Mesin pembangkit tenaga uap/listrik
Jenis Mesin Modern yang Digunakan dalam Pembuatan Gula:
1.      Boiler
2.    Diffuser
3.    Clarifier
4.    Vakum Putar
5.    Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator)
6.   Sentrifugasi
7.    Resin
8.    Recovery

Fungsi alat-alat diatas adalah:
1. Overhead crane / Cane crane
         Alat ini digunakan untuk mengangkut tebu dari lori atau truck dan meletakkannya di meja tebu. Overhead crane dijalankan oleh operator untuk diletakkan di meja tebu.

2. Cane Table atau Meja Tebu
          Alat ini digunakan sebagai penampung umpan tebu serta mengatur banyaknya jumlah tebu yang akan digiling secara kontinu karena alat ini dilengkapi dengan laveler berupa rol bergerigi yang akan mengatur permukaan atau ketebalan tebu agar dapat jatuh dengan tepat dalam cane carrier. Meja tebu memiliki panjang berkisar antara 2 – 3 meter.
3. Cane carrier
          Alat ini berfungsi untuk membawa tebu yang telah diatur dalam meja tebu ke dalam cane cutter.
4. Cane cutter
          Alat ini berfungsi untuk memotong dan menyayat tebu agar menjadi potongan tebu kasar agar lebih memudahkan saat dicacah dalam unigrator.
5. Unigrator
          Alat ini berfungsi untuk memukul dan mencacah potongan tebu kasar agar menjadi serpihan halus sehingga memmudahkan dan mempercepat ekstraksi pada saat penggilingan.
           Pada stasiun penerimaan ini juga terdapat proses penimbangan tebu guna untuk mengetahui bobot tebu yang akan digiling.
           Penimbang tebu ini terdiri dari:timbangan brutto, timbangan tarra dan timbangan lori. Pada masing-masing timbangan memiliki kegunaan yang berbeda-beda seperti yang dijelaskan pada pengertian dibawah ini:
1.      Timbangan brutto ; Untuk menimbang truk yang bermuatan tebu sehingga diketahui berat kotor (brutto) dari truk dan tebu.
2.    Timbangan tarra ; untuk menimbang truk yang tebunya telah di giling sehingga dapat di ketahui berat bersih tebu yang di di giling.
3.    Timbangan lori ; Untuk menimbang berat tebu yang di angkut dengan lori, lori yang ada di beri kode dan telah di ketahuim beratnya sehingga tebu yang di angkut dengan lori langsung dapat di ketahui beratnya, lori biasanya di gunakan untuk mengangkut daerah – daerah histories yang berada di sekitar pabrik. tebu masuk ke dalam pabrik untuk diproses lebih lanjut, tebu harus ditimbang terlebih dahulu.

Alat-alat lain
1. Talang getar dilengkapi dengan pipa udara dingin, pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan dengan induced fan.


2. Alat Pengilingan Tebu
    Untuk  mengiling dan memeras tebu agar terpisah dari ampasnya.


3. Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
   Raw Juice Heating)
membantu  untuk membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk mempercepat reaksi proses sulfitasi dan defikasi serta mencegah
terjadinya hidrolisis sukrosa. Pengunaan panas yang diberikan tidak boleh terlalu panas

4. Bejana pengendapan (door clarifier)
    Bejana pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari pengendapan adalah
memisahkan nira dengan kotoran yang terkandung didalam nira dengan tidak
merusak nira itu sendiri.

5. Turbin
- Kecepatan putaran : 5800 rpm
- Tekanan masuk : 18 kg/cm2
- Daya : 3600 KW
- Jumlah : 2 unit

6. Tangki serfobalance
Sebagai timbangan yang mengunakan sistem kontrol otomatis dengan kapasitas 4,3 ton dalam sekali timbang,

7. Tangki Defikator
Sebagai tempat proses pencampuran  susu kapur, agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi merata, nira yang telah ditampung direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur diaduk dengan alat pengaduk yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari pengadukan ini supaya susu
kapur akan menyebar.
          
8. Alat pemasakan
Sebagai alat pemasakan yang bertujuan untuk mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira menjadi padat berbentuk kristal gula

9. Evaporator
- Type : Calandria/ KHI Japan
- Volume : 1500 m2
- Jumlah : 5 unit
- Diameter pipa : 36 mm
- Tebal pipa : 1,5 mm
- Jumlah pipa : 5790 batang
- Fungsi : Tanki pengupan nira

10. Tangki sulfitase
Peti Sulfitasi Nira Mentah
- Kapasitas : 18 m3/jam
- Diameter tangki : 2700 mm
- Tinggi tangki : 6000 mm
- Type : Cylindrial
- Produksi : KHI, Japan
- Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah dengan Belerang

11. Condensat
Condensat Receiver
- Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan
- Kapasitas : 2 m2/jam
- Temperatur : 1000C
- Fungsi : Tempat penampung air kondensa Tangki Defikator
Sebagai tempat proses pencampuran  susu kapur, agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi merata, nira yang telah ditampung direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur diaduk dengan alat pengaduk yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari pengadukan ini supaya susu kapur akan menyebar.

Peran PT. MADUBARU Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumver daya alam yang melimpah. Kaya akan barang tambang, palawijaya dan masih banyak lainnya. Akan tetapi, kekayaa alam tersebut tidak diimbangin dengan kekayaan sumber daya manusia. Ketidak seimbangan tersebut mengakibatkan berbagai persoalan yang kompleks. Terlambatnya perekonomian Indonesia, perkembangan infrastruktur yang lambat. Perekonomian Indonesia meliputi pertumbuhan dan ekonomi nasional,dan perekonomian daerah.
Ekonomi nasional akan berpengaruh terhadap APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan AOBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).APBD sendiri mempengaruhi perekonomian yang berada di daerah.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya,harus pula menghapus atau mengurangin tingkat kemiskinan,ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnta (Todoro,2000).
Seperti contohnya yaitu Pabrik Gula Madu Baru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pabrik gula MaduBaru,adalah salah satu pabrik gula tertua di tanah air. Pabrik itu berdiri sudah sejak tahun 1955.Tujuan utama didirikan pabrik gula Madubaru adalah semula untik menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan karena dibumihanguskannya pabrik-pabrik gula waktu itu. Perekonomian masyarakat yang terpuruk yang diakibatkan dibumihanguskannya pabrik-pabrik gula yang semula berdiri pada masa penjajahan Belanda,berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Masyarakat kehilangan mata pencaharian sebagai karyawan pabrik gula yang telah dibumihanguskan,yang menyababkan pengangguran tidak terkontrol jumlahnya. Untuk itu dengan didirikan pabrik gula Madubaru dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar.Sehingga pengangguran dapat teratasi,dan perekonomian di daerah dapat meningkat dengan adanya pabrik tersebut.
Dengan berdirinya pabrik gula di daerah,sangat membantu keadaan ekonomi daerah dan dapat meningkatkan perekonomian di daerah tersebut. Seperti pabrik gula yang berada di Yogyakarta,pabrik gula Madubaru yang terlihat jauh berbeda keadaanya sebelum dan sesudah dibangunnya pabrik gula Madubaru.
Pendirian pabrik gula Madubaru memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, dan bagi perekonomian daerah. Ekonomi daerah dapat berkembang pesat sering berjalannya waktu.   
 
A.    KESIMPULAN
PT. Madubaru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai usaha pokok Pabrik Gula dan Pabrik Spirtus yang terkenal dikalangan masyarakat luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati.
PG Madubaru didirikan pada tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersama Ir. Soekarno, dengan kepemilikan saham 65% Sri Sultan Hamengku Buwono X (Kraton Ngayogjokarto Hadiningrat ) dan 35 % PT.Rajawali Nusantara Indonesia (PT.RNI).
Adapun proses pembuatan gula pasir menggunakan bahan dasar tebu yang rata-rata usia panennya mencapai 8 bulan sampai 1 tahun. Tahapan pengolahannya antara lain adalah penggilingan tebu, pemurnian nira, penguapan, kristalisasi, pengeringan, dan pengemasan.
Peralatan atau mesin mesin yang digunakan di dalam pengolahan Gula antara lain:
1. Boiler
2. Diffuser
3. Clarifier
4. Vacum putar
5. Evaporator majemuk (multiple effect evaporator)
6. Sentrifugasi
Adapun peralatan yang lainnya adalah sebagai berikut:
1. Talang getar                       
2. Alat penggiling tebu
3. Alat pemanas
4. Bejana pengendapan
5. Turbin
6. Tangki serfobalance
7. Tangki defikator
8. Alat pemasakan
9. Evaporator
10. Tangki sulfitase
11. Condensat

B.     SARAN
1.      Untuk Mahasiswa
·         Lebih kreatif dalam mencari perusahaan untuk kunjungan industry agar mahasiswa dapat lebih banyak mengambil manfaat dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja.
2.      Untuk Perusahaan
·         Lebih terbuka dalam memberikan penjelan mengenai kegiatan perusahaan



Komentar